Minggu, 18 Oktober 2009

Sampah Kereta


Harian Surya
Jumat, 2 Oktober 2009


HAMPIR dua minggu sekali, saya naik kereta api. Tugas sebagai relawan sebuah yayasan sosial mengharuskan saya bolak-balik Malang-Surabaya. Kereta kelas ekonomi menjadi menjadi pilihan karena disamping murah juga bebas dari kemacetan.

Dengan kelebihan ini, kereta menjadi moda favorit bagi banyak kalangan untuk bepergian. Hal ini menjadikan kapasitas kereta, terutama kelas ekonomi, kerap kelebihan muatan. Tak jarang penumpang berjubel karena tidak kebagian tempat duduk. Puncaknya, ketika pada akhir pekan, hanya untuk masuk gerbong saja butuh tenaga ekstra.

Banyaknya penumpang pasti meninggalkan jejak, yaitu sampah. Selama perjalanan, barang-barang konsumsi menemani sampai tujuan, entah itu makanan, minuman atau menu lain.

Masalah muncul ketika bungkus atau kemasan sisa dibuang tidak pada tempatnya. Entah karena tak tersedia setiap gerbongnya, atau sikap penumpangnya yang mau praktisnya. Sampah dilempar di setiap sudut, di kolong kursi, koridor, atau lewat jendela.

Tak ada petugas yang mengurus masalah ini selama kereta berjalan dan tak ada larangan membuang sampah sembarangan. Di setiap gerbong, tak ada ruang yang tak ditemukan sampah. Dalam sekali trayek, bisa dihasilkan bertumpuk-tumpuk sampah.

Beda dengan bus, misalnya. Saat melaju, tidak memungkinkan membuang sampah seenakya ke jalan karena selain membahayakan, melanggarnya lebih nampak. Sampah lebih terkonsentrasi di terminal. Ada petugas khusus yang menangani sehingga volume sampah bisa ditekan.

Sebagai penumpang jadi serbasalah. Yang berniat baik membungkus sisa-sisa makanan di bawah kursi dengan maksud memudahkan petugas kebersihan kereta, justru menjadi peluang bagi penyapu dadakan.

Sesekali terlihat mereka merogoh-rogoh ke kolong kursi penumpang menyapu sampah sambil meminta imbalan, mengumpulkan, lalu membuangnya di bordes (sambungan kereta) secara serampangan.
Penumpang yang acuh lebih banyak. Pikir mereka mungkin, toh ada yang membereskan masalah ini begitu kereta sampai tujuan akhir. Miris juga jika melihat, kiri kanan sepanjang rel terlihat kumpulan sampah. Padahal, sebagian rute kereta melalui sawah, lahan dan daerah sepi.

Pemandangan hijau ternoda keberadaan sampah. Sampah akan lama mendekam di sana. Semakin lama semakin banyak jumlahnya sebanding frekuensi kereta yang melintasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar