Senin, 26 Oktober 2009

Alternative travel sight in Malang

Malang, salah satu kota berjuluk Paris van Java di sebelah selatan Jawa Timur punya potensi yang wuih sebagai tujuan traveling. Kenapa wuih, karena saking banyaknya. Selalu ada ja yang baru. Soalnya nyari2 yang baru.
Malang di sini maksudnya Kota Malang, Kab Malang, dan Kota Batu yang merger menjadi Malang Raya. Banyak destinasi menarik yang cukup terkenal yang biasa dikunjungi.

Kita boleh sebut “sebagian” ;
Kota Malang (5 Kecamatan), Alun-alun Tugu, Museum Brawijaya, Senaputra, Ijen Boulevard, Taman Rekreasi Kota (Tarekot) dll*
Kab. Malang (33 kecamatan) Sengkaling, Kebun Teh Wonosari, Waduk Karang Kates, Wendit, Pantai-pantai, Coban-coban, Candi-candi dll*
Kota Batu (3 kecamatan), Jatim Park, Agrowisata Kusuma, Selekta, Payung, Batu Night Spektakuler (BNS) dll*
dll* = dan lebih lanjut.... saking buanyaknya.

Mungkin anda sudah mengunjungi sebagian dari yang banyak tadi, bahkan mungkin berkali-kali. Jika ada waktu dan menginginkan alternatif.
Berikut beberapa travel sight yang patut disinggahi, buat mereka penyuka hal baru, tantangan baru, pengetahuan baru dan sensasi baru.

Pulau Sempu

Di ujung selatan Kab Malang. Masuk Kec Sumbermanjing Wetan. Berada di seberang Pantai Sendang Biru. Kurang lebih 65km dari pusat kota (Stasiun Malang Kota).
Bisa dicapai dengan motor. Kondisi jalan hingga tujuan mulus dan aman, meskipun sepi.

Tiket :
Masuk Pantai Sendang Biru Rp3500,-/org
Masuk Pulau Sempu, kontribusi konservasi sewajarnya. (ijin petugas dulu)
Sewa perahu nelayan pulang pergi , Rp100.000,- (bisa nego)

Alat yang dibawa:
Makanan & Air minum botol yang banyak (panas, ga da warung, botol bisa dipake pelampung).
Sarung Bali (tipis, praktis, cepat kering, buat alas untuk istirahat)
Goggle (buat snorkling, kebanyakan lupa bawa, padahal penting buat lihat pesona dasar lautnya).
Sun block (Pkl 9 sudah terik, dianjurkan pagi-pagi atau sore tiba di lokasi )
Tustel (buat beraksi dan dokumentasi, ga boleh ngga deh)

Pulau ini merupakan cagar alam. Jadi begitu masuk pulau langsung berhadapan dengan hutan, sinyal kandas. Tidak ada fasilitas. Parkir motor di rumah warga di sekitar pantai Sendang Biru, cuma Rp5000,-/hari. Bahkan kalo kemalaman dibolehkan nginep, gratis. Bisa nonton tv dan numpang mandi.

Tujuan utama (travel spot) adalah Segara Anakan, telaga bundar hijau toska, dengan butiran pasir putih di satu sisi. Karena berada di balik pulau, jadi harus jalan tembus hutan lewat rute setapak sejauh 3km.

Di Segara Anakan bisa renang, snorkling, mancing, main bola, fresbee, camping (sangat direkomendasikan), atau foto pre-wed (ada ko, gangguin aja hehe). Tiduran -tiduran sambil dengerin lagu pure shore dari All Saints juga mengasyikkan.
Oya, hati-hati terlalu dekat Karang Bolong, jalan keluar masuk air laut ke telaga, ombak bisa tiba-tiba menghempas. Sudah sering dengar cerita horornya makan korban yang bandel mendekat cuma sekedar pose foto.

Pulangnya bisa mampir di pasar dan pelelangan ikan, di ujung pantai. Beragam ikan dijual murah. Kalo malam malah bisa lihat nelayan bongkar puluhan ikan Tuna segede 60kg. Bantu ngangkat juga boleh kalo ga diketawain. Beratnya phew!

NB : Please don`t litter along the trip. The damn garbages will only reduce the originality.

Camping Ground & Kebun Jeruk Selorejo

Bumi Perkemahan Bedengan
Lokasi : Dsn Selokerto, Ds Selorejo, Kec Dau, Kab Malang
Jarak : 8km dari Kampus III UMM Malang
Luas : 6 Ha
Tiket : Parkir Rp2000,-



Aktivitas ;
Camping
Outbound Training
Adventure Challenge
Traveling

Fasilitas ;
Warung
Ga ada mushola
Ada kamar kecil

Bedengan dapat ditempuh dengan motor. akses jalan mudah meskipun bukan jalur angkutan umum. Semakin dekat, berhektar kebun jeruk membentang di kiri kanan jalan. Tidak ada papan petunjuk jalannya, jadi jangan segan tanya .

Tempatnya keren, masih alami. Bersih lagi. Rimbunan hutan pinus tertata rapi alami dengan jarak antar pohon diatur sedemikian rupa, beberapa masih terlihat lagi disadap.

Ga seperti tempat camping umumnya yang bertempat di tanah lapang yang terbuka dan gersang. Areal camp ini cukup luas, asyiknya lagi tempatnya teduh, terlindung tinggi pohon pinus. Tenda bisa dibangun di sela-selanya.

Lebih asyik lagi, sungai kecil mengalir jernih membatasi hutan pinus, sepanjang tepi tempat camp Cuma sejangkau lemparan koin. Bunyi kemriciknya ja sudah bikin adem. Begitu menyeberang sungai, sampailah di lokasi, sejukkk!. Terasa banget beda hawanya dengan di luar.

Heran juga tempat sebagus gini sedikit yang tahu. Padahal banyak diantaranya sudah lama tinggal di Malang, mau habis masa studinya lagi. Banyak ko temen yang geleng pas ditanya. Malah balik nanya, ”masa`, ada toh?, deket banget, kesana yuk!!”


Kebun Jeruk Selorejo

Satu arah dengan Camping Ground Bedengan. Banyak dijumpai selama perjalanan ke Bedengan.



Tempat ini dijadikan sebagai wisata kebun petik jeruk. Ternyata, di sini salah satu penghasil jeruk minuman terbesar di Malang. Jenisnya Baby Valencia, Baby Keprok, Baby Pacitan dan Baby Java. Sepanjang jalan makadam, sambil di atas motor, kita bisa melihat hamparan hutan jeruk. Bahkan beberapa buahnya sampai menjuntai-juntai di pinggir jalan. Bulan panen, April-September, jadi saat yang tepat kalo ingin lihat ribuan jeruk menguning.....ehmm, segarrr!

Wisata petik? Ya begitulah. Dengan bayar tiket Rp10.000,- pengunjung bisa masuk ke salah satu petak kebun dan memetik cuma 4 buah jeruk. Pas pulang juga dibingkis 4 buah jeruk.
Pilihan lain, berkeliling sendiri sepanjang jalan menikmati suasana kebun, sedapatnya, sepuasnya. Baru setelah itu pas mau pulang mampir ke pengepulnya, Pak Suwadi, dan beli jeruk untuk oleh-oleh. Bisa ditawar, atau beli Rp10.000,- ambil sebanyaknya, tapi wajar, sekitar 4-5 kilo lah.
Tapi disarankan beli dulu buah jeruknya, sambil menikmati hijaunya kebun, cari lokasi teduh yang pas lalu nikmati juga buahnya. Rasanya... Brrrrrrrrrr!

Pasti sepakat pilih yang terakhir kan!

NB : Jalan dalam proses perbaikan, bentar lagi beraspal, so..bakal lancar, bakal lebih rame. Moga ja ga lebih kotor.


P-WEC
Petung Sewu Wildlife Education Center

Lokasi : Desa Petungsewu, Kec Dau, Kab Malang
Jarak : 7km dari Kampus III UMM Malang
Tiket : gratis

Aktivitas ;
outbound training



Fasilitas ;
3 buah asrama, berupa rumah panggung kayu
4 kamar mess
1 Bungallow
Balai pertemuan, kapasitas 120 orang, untuk seminar/workshop
Balai makan
Fasilitas outbound (arena tali, wall climbing, jembatan goyang, pnjat tali dll)

Suvenir ;
Kaos P-WEC, ProFauna @ Rp20.000,- Rp65.000,-
Stiker P-WEC, ProFauna @ Rp1000,-

P-WEC merupakan pusat pendidikan informal tentang pelestarian lingkungan hidup yang didirikan ProFauna Indonesia. Berdiri akhir tahun 2003.
Di sini, alam digunakan sebagai media belajar, sebagian besar kegiatan dilakukan di luar (outdoor).
Letaknya yang pelosok-hampir searah dengan Bedengan dan kebun jeruk- menjadi daya tarik sendiri. Sepanjang jalan menuju P-WEC akan melewati sawah, kebun kopi, kebun jeruk, ladang, peternakan sapi, dan suasana pedesaan tradisional.

Kalo untuk sekedar traveling, masuk gratis. Tinggal izin ke bagian Humas, isi buku tamu, boleh deh keliling-keliling area n liat kegiatan outbound. Berlama-lama cangkruk di sana juga boleh. Tempatnya memang sip buat cari inspirasi. Rindang, sepi, sepoi, hijau.

Program
P-WEC memfasilitasi paket pendidikan tentang pelestarian lingkungan hidup melalui pendekatan permainan dan petualangan. Paket ini untuk anak2, pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Meliputi paket 1/2/3 hari.
Selain itu juga ada pelatihan leadership, team work, komunikasi, konservasi alam dan pemecahan masalah untuk perusahaan, sekolah dan LSM. Lama program 1-3 hari.

Sayang, karena khusus untuk outbound, kamarnya ga bisa disewa untuk individu.
Padahal da temen yang ngajak ngekos sebulan di sana. [garuk kepala]

Minat bergabung, silakan hubungi; info@p-wec.com

Gabes 2
Lokasi : Desa Tulungrejo, Kec Bumiaji, Kota Batu
Jarak : 23km dari Kampus III UMM Malang (ko ini lagi acuannya?)
Tiket : gratis



Aktivitas ;
Petik Apel
Petik strawberi

Fasilitas ; nihil (cuma kebun)

Ngomong wisata kebun apel, hampir semua kasih rekomendasi ke Agrokusuma Batu. Ya karena Agrokusuma adalah konsep agrowisata yang memang kondang di Kota Batu dengan menggabungkan antara hotel, outbound, dan wisata kebun yang dikemas dengan ciamik.
Dengan animo masyarakat yang tinggi, maka pengelola memfasilitasinya dengan profesional. Unsur komersilnya pun lebih terasa. Maksudnya, pengunjung harus bayar ekstra untuk menikmatinya. Tapi Batu kan pusatnya apel, berarti ada dong kebun lain?

Kisah ini berawal..........
Suatu pagi pk.08.30 di Angkot, perjalanan ke RS Saiful Anwar. Hanya ada 2 penumpang (Si calon pasien bronkitis dan Ibu dengan keranjang besar Strawberi)

Pasien : Eee, anu Bu, anu ko banyak banget strawberinya
Bu Siti : Iya to mas, buat jualan ko, bawa dikit ya tanggung.
Pasien : Banyak banget, ee.. anu..apa itu.. gede-gede. Dapat dari mana Bu?.
Bu Siti : Dari kebun, Ini baru saja metik, Ibu jualan di Pasar Besar setiap hari.
Pasien :Loh, jadi kebun sendiri toh, sebanyak gitu Bu? Setiap hari hasilnya segitu? Kebunnya luas dong Bu?
Bu Siti : Iya, luas, lha wong tegalnya juga luas. Ini belum seberapa besar, malah kalo musim hujan bisa lebih itu lagi, gede. Karna luas, manennya sehari dua kali, pagi sama sore. Jadi ini baru kemarin mas, masih segar. Kalo yang lain kan sudah 2-3 hari Bla bla bla

Pasien :Ehmmm..ehmp *#$@* [manggut2]
Ibu Siti :Pokoknya Ibu kalo jualan sehari harus habis, kualitas mas, itu yang Ibu nomor satukan...Segini murah lho mas, coba sampeyan tanya-tanya yang lain, pembeli kan tetep saja pilih-pilih....bla bla bla.......Bukan cuma Ibu, kluarga ibu juga jualan. Ada yang di Sengkaling, Pasar Dinoyo, di mana lagi ya. Ini setengahnya pesanan, Ada pengusaha Lombok yang order 30 kotak.... bla bla bla........Ini mas, kalo dimakan rutin bagus buat obat darah tinggi, banyak yang ngomong lho bla bla bla....Kalo ada waktu maen kesana mas, tempatnya bagus. Bisa metik kalo mau.

Pasien : Waa, boleh anu Bu, maksudnya boleh Bu. Bisa minta nomernya?
Bu Siti : Ya boleh toh, 0341-757128*,
Pasien : Makasi Bu. Ee Anu lagi, maaf Bu, saya turun sini. Saya pasti sempatkan kesana Bu.
Bu Siti : Iya iya, ditunggu lho. Smoga cepet sembuh, biar kembali gemuk
Pasien : ????!


Sebuah kebetulan yang berlanjut pada pengalaman yang sungguh berkesan, yang berlanjut pada gejala ketagihan. Setelah 2x coba2 cari sendiri, dan gagal menemukan. Akhirnya ketemu juga kebun yang dimaksud Bu Siti tadi, Gabes 2.

Bisa dibilang tempatnya tersembunyi. Lagi2, di sana tidak ada petunjuk jalan. Acuannya hanya Pura Luhur Giri Seloka 3,5km dari jalan raya ke arah Cangar. Dijamin bingung jika tidak tanya.

Sepertinya sedikit yang tahu. Mungkin karena lokasinya yang di balik bukit yang menjadi kendala. Juga belum jadi tempat wisata. Tapi tak mengapa. Bagi yang advanturous, justru perjalanannya yang meliuk-liuk, naik turun melintas kebun2 jadi daya tarik. Rute jalan dan pemandangannya benar2 eksotis. Khas nuansa petani pelosok.

Merunut jalan kecil aspal sampai sampai ketinggian 2000m dpl akan dijumpai berjubel kebun apel di kanan kiri, kebanyakan jenis Ana (merah) dan Manalagi (kuning-putih). Kebun rimbun berderet menyesuaikan kontur tanah yang miring. Beberapa lahan ada yang dibuat tumpang sari, menggabungkan tanaman strawberi di bawah apel.

Tepat di atasnya terdapat sebuah pura. Tinggi, besar dan cantik. Heran juga, pertimbangan apa ko bangun pura semegah itu di bukit sepi. Lebih khusyuk mungkin. Tapi keberadaanya kian menambah pesona.

Akan jauh lebih seru jika kita kenal salah satu pemilik kebun. Bisa petik apel atau strawberi. Bantu petik sambil mencicipi beberapa. Oo..yummie..sensasi alamnya benar2 deh. Bisa juga cari kenalan disana. They`re such friendly farmers,

Suasananya benar2 sepi, fresh and natural. Kebun sejauh mata, jauh dari pemukinan, aktivitas orang bisa dihitung. Jadi pengen nyanyikan lagunya Luis Amstrong, And I think to myself, what a wonderful world.

Minggu, 25 Oktober 2009

Virgie`s Travel Guide (Metro TV)

Top 5 list Ritual Adat terpopuler di Indonesia
1. Ritual Seren Taun, Kasepuhan Ciptagelar-Sukabumi
2. Ritual Rambu Sulo, Tanah Toraja-Sulawesi Selatan
3. Ritual Kirab Malam Satu Suro, Surakarta
4. Ritual Pasola, Sumba Barat-NTT
5. Ritual Kasodo, Bromo-Jawa Timur

Top 5 list Pasar Barang Antik terbaik di Indonesia
1. Pasar Antik Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta
2. Pasar Triwindu, Surakarta
3. Pasar Beringharjo Lt.3, Yogyakarta
4. Pasar Bodri, Surabaya
5. Pasar Klitikan Pakuncen, Yogyakarta

Top 5 list Hotel Bersejarah terbaik di Indonesia
1. Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta
2. Hotel Majapahit, Surabaya
3. Hotel Savoy Homman, Bandung
4. Gallery Hotel Kresna, Wonosobo
5. Hotel Salak, Bogor

Top 5 list Taman Kota terbaik di Indonesia
1. Taman Situ Lembang, Jakarta
2. Taman Alun-Alun Tugu, Malang
3. Taman Bungkul, Jl.Raya Darmo-Surabaya
4. Taman Monumen Nasional, Jakarta
5. Kambang Iwak, Jl.Tasik-Palembang

Top 5 list sentra kerajinan terbaik di Indonesia
1. Kerajinan perak, Kotagede-Yogyakarta
2. Kerajinan rumah panggung, Kota Tomohon-Sulawesi Utara
3. Kerajinan ukir kayu, Bali
4. Kerajinan gerabah, Bantul

Turtle Beach Sukamade,…


25-26 Mei 2009
Balai Taman nasional Meru Betiri (TNMB) adalah program pelestarian penyu melalui penangkaran penyu semi alami yang dikelola oleh Departemen Kehutanan, berlokasi di pantai Sukamade, Kec. Pesanggaran , Kab. Banyuwangi. Berbatasan dengan Kab. Jember

Sukamade merupakan pantai yang kerap disambangi penyu untuk bertelur di Jawa Timur, selain Plengkung dan Nusa Barung.
Luas TNMB ; 50.000 Ha
Luas Sukamade ; 11.000 Ha

Jarak : Kota Banyuwangi - Sukamade ±100km
Rute : Banyuwangi – Srono – Jalag – Pesanggaran – Sarongan – Sukamade
Waktu : 5,5 jam dengan motor kecepatan 60 km/jam
Kondisi jalan :
Banyuwangi – Pesanggaran : aspal baik
Pesanggaran – Sarongan : aspal berlubang
Sarongan – Sukamade : 15km, hutan sepi, batuan besar, terjal, bergelombang, waktu tempuh 2,5 jam.

Kontribusi tiket : 100Rb per 1-10 orang (for me no charge he..hee..)
Fasilitas :
Tiga wisma tarif @Rp200.000,-/malam
Mushola, (mending tidur di sini, tapi awas kotoran beruk)
TV di pos.
Tidak ada kantin, cuma jual air mineral & air panas. Bawa mie plus kopi susu ..ehmp yahuuud!
Di sini ga da sinyal, HP ganti fungsi jadi mp3 kalee, kalo ada fiturnya.
4 Kamar mandi kecil, lumayan bersih
Souvenir ;
Asbak corak penyu, Rp20.000,-
Stiker (TNMB & penyu Sukamade) Rp2.000,-
T-Shirt (motif penyu-tipis) Rp20.000,-

Petugas konservasi TNMB.
Ada lima orang yang bertugas menangkar spesies yang terancam punah ini.
These Rangers are :
a. Bapak Slamet
(Beliau petugas paling senior. Supel dan humoris. Buat kita betah berpetualang malam mengamati gerik penyu. Menyenangkan menemani beliau mengambil telur2 penyu buat dipindah ke penangkaran.makasi banyak waktunya pak, pengen banget kesana lagi.)
b. Bapak Nyoto (belum sempat ngobrol)
c. Bapak Winarto (belum sempat ketemu)
d. Mas Ali
( Lulusan Sosek Pertanian UMJ Jember. Selalu sedia mengantar pengunjung melepas puluhan tukik-anak penyu- ke habitatnya….go free tuks)
e. Mas Jumadi (dari mataram, sabar dan tekun mengurus bagian rumah penangkaran)

Jenis penyu (Turtle Species) :

Penyu Hijau (Chelonia mydas)
Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
Penyu Sisik (Eretmochelys imbricaite)
Penyu Blimbing (Dermochelys coriacea)

Jenis yang biasa mendarat di pantai sepanjang 3km ini adalah penyu hijau dan sisik.

Bulan berkunjung ;
Setiap waktu, semakin sepi semakin seru.
Bulan ke-8 musim penyu sisik bertelur, selebihnya penyu hijau.
Bersama petugas (pak slamet)berangkat patroli pk 21 ke arah pantai sejauh 700m dari pos. jalan kaki,bawa senter. Oya, no sound no much light, atau penyu batal mendarat.

Penyu sangat sensitif dengan cahaya dan suara bising. Tapi begitu sudah menepi, dapat titik yang pas, dan pup, nelur. Baru kita diizinkan mengamati lebih dekat dan mengabadikan. Skali nelur bisa lebih dari 100 butir. Bisa makan waktu hampir 2 jam. Si penyu mengeluarkan air mata ketika melakukan ritual privasinya ini. Sangat tidak dianjurkan berisik dan menyinari kepala penyu.
Duduk, diam, hening dan ........nikmati momen ini.
Jika ditotal, mulai dari mendarat, mencari posisi, bertelur, mengubur, membuat lubang tipuan, hingga kembali melaut, seekor penyu butuh waktu sekitar 3 jam.
So, be patient to watch closely this rare moment.

Satu malam biasanya 2-3 penyu menepi tuk bertelur. Pak slamet dkk patroli setiap malam 2x, sekitar pk 21 & pk 02.
Telur2 yang terkubur setelah ditinggal induknya segera ditandai kayu, lalu digali dan diambil tuk dipindahkan di penangkaran. Telur akan menetas dalam waktu 50-60 hari kemudian. Seminggu kemudian puluhan tukik lutu nan imut dilepas ke laut.

Pak Slamet ; “Ayo Rif nyari penyu lagi habis ini, sambil nunggu bakar-bakar ikan di pinggir pantai, nggelar tikar liat bintang.”
Blogger : “Siiip Pak, seru ki….tapi ngantuk banget`e Pak, ga kuat. Mau ke pos dulu Pak”
Pak Slamet ; “Halahh, arek saiki, diajak seru-seruan wes teler sik…”
Blogger ;“takut nanti ditinggal`e Pak, ngerii, ga tau jalan pulang…kan pagi2 nanti bantu Mas Ali nglepas tukik Pak”
Pak Slamet ; “Yo wis, jam6 yo, jangan kesiangan, banyak yang mau dilepas. Ketinggalan nyesel kowe.”
Blogger : “Oyi Pak, met nglanjutin tugas”

NB : Dilarang keras mengambil, mengonsumsi dan melakukan jual-beli telur penyu, tukik, apalagi penyu . Segala tindakan tersebut termasuk kategori pidana. Memecahkan telur karna ketidaksengajaan masih ditoleransi.. I did that he he

Senin, 19 Oktober 2009

Rumah Pergerakan HOS Tjokroaminoto





Harian Surya
Senin, 19 Oktober 2009

SEBUAH rumah kecil sederhana tipikal bangunan khas Jawa masih kokoh di Jl Peneleh Gg VII No.29-31, Kecamatan Genteng, Surabaya Pusat. Rumah bercat hijau putih, berpagar kayu yang tak berpenghuni itu selalu dalam keadaan tertutup rapat. Hanya sesekali dibuka bila ada tamu. Mereka adalah yang berminat akan cerita riwayat rumah beserta para tokoh yang pernah mendiaminya.
Apa yang menjadikan rumah itu istimewa? Siapa sangka ternyata Haji Oemar Said Tjokroaminoto, pahlawan nasional yang terkenal dengan julukan ”Raja Jawa Tanpa Mahkota” , adalah sang pemilik rumah itu.
HOS, sebutannya, begitu karismatik pada masa perjuangan awal abad 20. Sikapnya jujur dan tegas terhadap pemerintah kolonial. HOS Tjokro menjadi pelopor bagi warga pribumi dalam menuntut hak-haknya. Orasinya yang berani dan membangkitkan nasionalisme sungguh dikagumi. Hal inilah yang membuatnya dikagumi kawan maupun lawan.
HOS Tjokro menempati rumah itu cukup lama ketika menjabat sebagai pimpinan Sarekat Islam, organisasi Islam terbesar di masanya. Ia menjadikan kediamannya sebagai basis perkumpulan tokoh-tokoh pergerakan nasional. Jutaan orang dipimpinnya dari sini.
Di tempatnya pula pernah dipakai indekos kader-kader pejuang yang mewarnai episode sejarah Indonesia. ”Bung Karno, Darsono, Semaun, dan Kartosoewirjo pernah tinggal sini waktu mereka remaja,” terang Bu Emma Nadima Simbolon, pengurus rumah yang melanjutkan pengabdian orang tuanya. ”Mereka menempati bilik belakang dan atas, sedangkan HOS Tjokro dan istrinya menempati kamar depan.”

Selama mereka ngekos, HOS Tjokro mengangkatnya sebagai murid, membekalinya dengan keilmuan. Menggemblengnya dengan agama dan politik. Bahkan, Beliau menikahkan putrinya, Siti Oetari dengan Bung Karno.
Sebagai tokoh sentral, rumah HOS Tjokro kerap disambangi para tokoh nasional. Rumah itu menjadi saksi bisu pergolakan ide, pemikiran, dan perdebatan dalam merumuskan blueprint masa depan Hindia-Belanda (nama Indonesia dulu).
Buya Hamka, KH Mas Mansur, Ki Hajar Dewantara, dan H Agus Salim adalah beberapa nama yang sering bertukar pikiran di ruang tamu rumah. Beberapa foto yang terpajang menggambarkan atmosfer saat itu.

Kombinasi antara kecerdasan dan interaksi secara langsung dengan para figur senior dalam waktu lama banyak membentuk wacana berpikir para murid didikan HOS Tjokro. Menjadi lebih unik ketika mereka, kedepannya masing-masing memiliki orientasi ideologi kenegaraan yang berlainan.

Soekarno dengan paham Nasionalisme, Semaun-Darsono beraliran Sosialisme, dan Kartosoewirjo condong ke Islam konservatif. Hebatnya, mereka menjadi tokoh yang sangat berpengaruh bagi pahamnya. Mempelajari perjalanan sejarah pergerakan nasional juga tak bisa dilepaskan dari nama-nama ini.

Bangunan mungil itu masih bertahan. Di gang kecil di antara kepungan gedung-gedung. Seakan menatap perkembangan zaman kemerdekaan. Seolah berkata, dari tempat inilah cikal bakal pergerakan bangsa ini berasal.

Mengingat peran dan filosofinya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya menetapkannya sebagai cagar budaya baru-baru ini. Sebagai warisan sejarah yang harus tetap dilestarikan. Sebagai bukti nyata membangun bangsa butuh perjuangan, perencanaan dan pemikiran matang. Supaya generasi sekarang dapat mengambil hikmahnya.

Minggu, 18 Oktober 2009

Sampah Kereta


Harian Surya
Jumat, 2 Oktober 2009


HAMPIR dua minggu sekali, saya naik kereta api. Tugas sebagai relawan sebuah yayasan sosial mengharuskan saya bolak-balik Malang-Surabaya. Kereta kelas ekonomi menjadi menjadi pilihan karena disamping murah juga bebas dari kemacetan.

Dengan kelebihan ini, kereta menjadi moda favorit bagi banyak kalangan untuk bepergian. Hal ini menjadikan kapasitas kereta, terutama kelas ekonomi, kerap kelebihan muatan. Tak jarang penumpang berjubel karena tidak kebagian tempat duduk. Puncaknya, ketika pada akhir pekan, hanya untuk masuk gerbong saja butuh tenaga ekstra.

Banyaknya penumpang pasti meninggalkan jejak, yaitu sampah. Selama perjalanan, barang-barang konsumsi menemani sampai tujuan, entah itu makanan, minuman atau menu lain.

Masalah muncul ketika bungkus atau kemasan sisa dibuang tidak pada tempatnya. Entah karena tak tersedia setiap gerbongnya, atau sikap penumpangnya yang mau praktisnya. Sampah dilempar di setiap sudut, di kolong kursi, koridor, atau lewat jendela.

Tak ada petugas yang mengurus masalah ini selama kereta berjalan dan tak ada larangan membuang sampah sembarangan. Di setiap gerbong, tak ada ruang yang tak ditemukan sampah. Dalam sekali trayek, bisa dihasilkan bertumpuk-tumpuk sampah.

Beda dengan bus, misalnya. Saat melaju, tidak memungkinkan membuang sampah seenakya ke jalan karena selain membahayakan, melanggarnya lebih nampak. Sampah lebih terkonsentrasi di terminal. Ada petugas khusus yang menangani sehingga volume sampah bisa ditekan.

Sebagai penumpang jadi serbasalah. Yang berniat baik membungkus sisa-sisa makanan di bawah kursi dengan maksud memudahkan petugas kebersihan kereta, justru menjadi peluang bagi penyapu dadakan.

Sesekali terlihat mereka merogoh-rogoh ke kolong kursi penumpang menyapu sampah sambil meminta imbalan, mengumpulkan, lalu membuangnya di bordes (sambungan kereta) secara serampangan.
Penumpang yang acuh lebih banyak. Pikir mereka mungkin, toh ada yang membereskan masalah ini begitu kereta sampai tujuan akhir. Miris juga jika melihat, kiri kanan sepanjang rel terlihat kumpulan sampah. Padahal, sebagian rute kereta melalui sawah, lahan dan daerah sepi.

Pemandangan hijau ternoda keberadaan sampah. Sampah akan lama mendekam di sana. Semakin lama semakin banyak jumlahnya sebanding frekuensi kereta yang melintasinya.

Pesona Pulau Sempu



Harian Surya
Selasa, 1 September 2009

MASIH ingat film The Beach (dibintangi Leonardo Di Caprio). Film ber-setting di Phi Phi Island, Thailand itu, menampilkan keindahan pantai terpencil yang memukau. Jangan salah, Jawa Timur punya suguhan wisata sepadan, yakni Pulau Sempu.

Informasi keberadaan Pulau Sempu masih minim. Tak heran, warga Jawa Timur kurang paham. Padahal, tempat ini punya alasan kuat sebagai objek wisata eksotik. Akses jalan bisa dilalui dengan mudah. Untuk menyeberang, bisa sewa perahu nelayan Rp 100.000, sekaligus penjemputan. Kapasitas 10-15 orang.

Pulau Sempu adalah cagar alam di ujung selatan Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, berhadapan dengan Pantai Sendang Biru. Lebih dari 100 jenis burung ditemukan di sini. Lutung jawa, kancil dan babi hutan juga menempati pulau seluas 850 hektare ini. Yang tak kalah menarik, adanya kawanan ikan badut, yang bisa dinikmati dengan selam permukaan (snorkling).

Ada tiga lokasi yang biasa dikunjungi, yaitu Waru-Waru (pantai pesisir untuk berkemah), Tlaga Lele (satu-satunya sumber mata air di tengah pulau), dan Segara Anakan, kolam air asin besar menyerupai lingkaran dengan biota lautnya yang dipisahkan barisan karang.

Suplai air laut melalui satu celah bongkahan batu yang dinamakan karang bolong. Keelokan butiran pasir putih dan air laut biru toska yang menggenang datar segera menghapus lelah setelah perjalanan menembus hutan selama 1,5 jam. Sebuah desain alam nan memesona.

Sayang, potensi wisata alam ini tidak diimbangi dengan sikap bijak pengunjungnya. Banyak dari mereka meninggalkan barang bawaan yang mengotori keaslian Sempu. Sikap egois itu perlahan-lahan memberi dampak buruk bagi lingkungan. Mari, sama-sama kita jaga Sempu sebagai cagar alam yang memiliki nilai konservasi tinggi, untuk kini dan nanti.